a Crave


"Kakak! Nanti yg bikin kita tobat siapaa?" Kata seorang dari mereka yang kemudian disambut oleh kawannya "Halah lu, masa tobat cuma sehari doang, pada khusyu pas dzikir abis solat di masjidnya cuma sehari. Besoknya berisik lagi" sampai saat meninggalkan masjid mereka masih mengomel satu sama lain. Shalat maghrib berjamaah hari itu adalah kali terakhir aku membersamai mereka untuk kemudian melangkah menempuh jalur akademik berikutnya: Perguruan Tinggi.

Hampir dua tahun kemudian, hari ini, aku membuat story di instagram untuk memenuhi syarat makan gratis di sebuah restoran jepang yang baru buka di kawasan Tebet. Aku tak pernah terbiasa meng-upload keseharianku di sosial media. 2 menit setelah posting, tetiba ada satu request dm masuk, aku kemudian membukanya tengah malam setelah kupastikan seluruh urusanku hari itu usai. 

Pesan dari username yang tidak familiar, kubuka pesan itu karena penasaran. Pesan itu berbunyi :
"Assalamu'alaikum kakak"
"Kakaaaakkkk"
"Aku pengen deh ngaji lagi bareng Jasmine"
"Tapi gada kakak gaseruuuu"

Deg.
Apa kabar imanku hari ini? 

Betul, pesan itu datang dari salah seorang adik asuhku di kampung, yang (bersyukur) masih mengingat Rabb nya. Jujur, saat meninggalkan mereka rasanya berat betul karena melihat lingkungan pergaulannya di sekolah yang sangat mengkhawatirkan, juga laporan dari orang tua mereka yang sering mendapati anak-anaknya kabur setelah maghrib dan kembali sekitar pukul 10 malam. Ketika ditanya "abis dari mana?", mereka selalu bilang "abis main Ma". Ironisnya ketika orang tua melarang, mereka makin getol meloloskan diri. 

Saat itu juga aku rasanya ingin kembali.
Sangat ingin kembali.

bersambung.. 

Komentar